Rahim Pengganti

Bab 12 "I Want You"



Bab 12 "I Want You"

0Baru saja, Carissa menutup matanya. Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang, hal tersebut mampu membuat Carissa terdiam napasnya tertahan.     

Bibir Bian sudah mengecup setiap bagian bahu sang istri, hal itu semakin membuat Carissa tidak bisa bergerak lagi. Kecupan demi kecupan yang diberikan oleh Bian di bahunya semakin, membuat Carissa terdiam.     

"I want you," bisik Bian ditelinga Carissa.     

Mendengar ucapan tersebut, semakin membuat Carissa menengang. Bibir Bian sudah mulai mengecup leher Carissa bahkan saat ini Bian semakin dengan dengan Caca. Dengan mata yang tertutup serta menahan diri, Carissa berdiam diri.     

Bian membalik badannya hingga keduanya saling bertatap muka. Baru pertama kali bagi Carissa bisa menatap laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya ini. Bara mengecup dahi Carissa untuk pertama kali. Mendapatkan hal seperti itu membuat Carissa menutup matanya, ciuman itu turun ke mata dan hidupnya.     

Rasanya saat ini, Carissa tidak bisa bernapas dengan benar. Napasnya tersengal, karena apa yang dilakukan oleh Bian. Sesaat Bian menghentikan kegiatannya, membuat Carissa membuka mata.     

Kedua mata mereka saling bertemu, menatap satu dengan lainnya, tanpa banyak menunggu Bian mulai menyatukan bibir keduanya.     

Carissa hanya diam, ini merupakan pengalaman pertama baginya, bersentuhan dengan pria pun, Caca tidak pernah. Dan malam ini dirinya menyerahkan dirinya kepada sang suami.     

Tangan Bian sudah tidak tinggal diam, pria mulai membuka kancing baju milik Caca, mengeluarkan dua bukit sintal yang sudah tadi menjadi objek pemikirannya. Carissa terbuai dengan apa yang dilakukan oleh Bian, desahan yang keluar dari bibirnya semakin membuat Bian terbakar akan gairah.     

Badan Bian semakin panas,, entah lah sudah sejak tadi sesuatu yang ditahan rasanya ingin meledak. Dan Bian harus menuntaskan semuanya.     

"Ergh," leguhan Carissa.     

Maha karya yang begitu indah sudah di ukir dengan baik di leher Carissa, saat ini kondisinya Caca sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Kedua tangan Bian sudah sibuk memainkan bukit kembar milik Caca.     

Dengan mata tertutup, Caca hanya bisa merasakan setiap sentuhan demi sentuhan yang diberikan oleh Bian. Bibir Bian sudah mengekplor seluruh bagian tubuh, bahkan saat ini pria itu sudah mulai bermain di dada sintal milik Carissa.     

Seperti bayi yang baru lahir, itulah yang dilakukan oleh Bian.     

"Argh," ucap Carissa. Ketika satu tangan milik Bian berhasil mengacaukan intinya, sentuhan yang diberikan oleh Bian benar benar membuat Carissa terguncang.     

"Buka mata kamu Sayanh, dan lihat aku," ucap Bian. Dengan perlahan, Carissa membuka matanya. Keduanya saling berpandangan, hingga Bian kembali menyambar bibir istrinya itu.     

Melumatnya dengan penuh kehati-hatian, lalu Bian mulai memasuki Carissa, wanita itu memekik kesakitan ketika merasakan sesuatu yang besar masuk ke dalam dirinya. Bian mencium, melumat membuat Carissa terbuai dan melupakan sesuatu yang sakit di bawah sana.     

"Tenang, ini hanya akan sakit di awal," ucapnya dengan penuh keyakinan. Carissa hanya menganggukkan kepalanya, air mata yang menetes segera dihapus oleh Bian. Ciuman penuh kenikmatan diberikan oleh laki-laki itu.     

Keduanya saling memberikan kepuasan dari kegiatan yang begitu indah yang mereka lakukan. Desahan demi desahan yang keluar dari mulut Carissa semakin membuat Bian bersemangat.     

Hingga akhirnya Carissa sampai pada puncak kenikmatan. Pengalaman pertama baginya, rasa hangat dihati Carissa. Wanita itu menatap ke arah sang suami yang juga akan mencapai puncak kenikmatan tersebut.     

"Della. Kamu memang luar biasa Sayang."     

Deg     

Carissa terdiam, mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh sang suami. Sedangkan Bian sudah beranjak dari tempatnya, berada di samping Carissa tertidur akibat kelelahan dengan apa yang terjadi, Bian tidak memikirkan dengan apa yang baru saja dirinya perbuat pada Carissa.     

Air mata Carissa mengalir, dirinya yang sudah dibawa kelangit ke tujuh tiba tiba dihempaskan ke dasar bumi paling dalam. Carissa menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh yang sudah polos, salah dia mengira jika Bian melakukan semuanya karena suatu keinginan. Tapi ternyata, Bian menganggap dirinya orang lainnya.     

"Aku hanya pelampiasannya saja," gumam Carissa sembari menutup mulutnya, menahan isak tangis supaya suaminya itu tidak terganggu.     

***     

Pagi harinya, Bian terbangun dari tidurnya. Kepala sakit, entah apa yang dicampurkan oleh sang Mama pada minumannya membuat Bian merasakan hal berbeda semalam. Dilihatnya sudah tidak ada Carissa di sana, mata Bian menatap noda darah di atas tenpat tidur.     

Helaan napas berat terdengar jelas, bagaimana bisa dirinya melakukan hal seperti itu kepada Carissa dalam keadaan pengaruh sesuatu.     

"Anjing!!!" umpatnya.     

"Kenapa gue bisa memikirkan hal seperti itu. Loe gila Bian, gila," ucap kesal.     

Bian baru saja memikirkan desahan yang keluar dari mulut Carissa kemarin, membuat dirinya kewalahan. Segera Bian masuk ke dalam kamar mandi, menuntaskan semuanya.     

Sedangkan di dapur, Carissa segera membantu menyiapakan sarapan. Gadis itu sudah bangun sejak tadi, atau lebih tepatnya tidak tidur karena kegiatan semalam benar benar mengusik pikirannya.     

Seharusnya Carissa bisa berlapang dada menerima hal itu namun, ternyata tidak bisa hatinya sangat sakit ketika membayangkan hal tersebut. Suaminya menyebut na wanita lain ketika, mereka sedang tidur bersama. Sungguh rasanya Carissa ingin memaki dan berteriak di depan Bian, tapi hal itu tidak mungkin dirinya lakukan. Karena mengingat dia dinikahin hanya untuk mengandung anak Bian dan dia bisa membantu anak anak yang ada di panti asuhan.     

"Mbak, itu airnya mendidih," pekik Siska. Carissa segera menatap ke arah kompor, dengan segera wanita itu mematika kompor dan mulai menuangkan air tersebut ke dalam gelas.     

"Mbak pasti kecapekan kan? Udah mending istirahat aja, ini bisa kok aku kerjakan sendiri," ujar Siska.     

Carissa hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya, dan berjalan ke arah meja sembari membawa cangkir teh yang baru dirinya buat.     

"Gak kok Sis, aku senang bisa membantu kamu dan Mama. Bahagia rasanya menyiapakan semua kebutuhan untuk sarapan seperti saat ini."     

"Mbak emang terbaik, mbak itu kakak ipar luar biasa, gak seperti yang itu nenek lampir," ucap Siska.     

"Siska!" tegur Mama Ratih.     

Siska tersenyum, lalu berkata. "Mbak Caca emang beda kan Ma? Menantu Mama ini paling terbaik, pokoknya aku cuma mau Mbak Caca yang jadi kakak ipar aku Ma. Titik," ucap Siska.     

Mama Ratih hanya geleng geleng kepala melihat tingkah laku anak gadisnya itu, Bian pun sudah berjalan mendekatin mereka. Melihat sang suami, membuat Carissa terdiam sesaat.     

Keempatnya sarapan pagi dengan penuh khimat, pagi ini Bian dan Carissa harus berangkat berkerja. Pernikahan yang terjadi, hanya beberapa orang yang tahu sehingga keduanya sudah harus masuk kerja lagi.     

Bian dan Carissa pun pamit kepada sang Mama, tidak ada pembicaraan yang lebih dari keduanya. Carissa hanya diam, wanita itu menjadi lebih canggung dibandingkan sebelumnya, hingga mobil yang dikendarai oleh Bian berhenti di sebuah halte bis.     

"Kamu naik bis aja ya ke kantor. Aku harus ke rumah Della dulu," ucap Bian. Carissa menatap ke arah suaminya itu, lindahnya keluh tidak sanggup mengatakan sesuatu. Carissa pun segera turun, tanpa mengatakan apapun kepada suaminya itu.     

###     

Babnya agak sedikit gimana gitu. Heheh, selamat membaca yaa. Aku akan rutin update mulai sekarang. Love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.